JUDUL
A. JUDUL YANG DIPILIH
Keefektivan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa dalam Materi Geometri Bangun Ruang Sisi Datar
B. PILIHAN MASALAH
Keaktifan, kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa.
C. PILIHAN MODEL
Model belajar Cooperative Learning Tipe Jigsaw
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
A. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Model Belajar Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Dilihat dari sintakmatiknya (Trianto, 2007), kelas jigsaw dibagi ke dalam beberapa kelompok dan kelompok-kelompok tersebut lalu diberi kasus untuk diselesaikan. Kasus atau masalah yang diberikan pada setiap kelompok adalah sama, tetapi tiap anggota dalam suatu kelompok diberi sub masalah yang berbeda-beda. Anggota kelompok pada model belajar ini menggunakan diskusi kelompok (kelompok ahli) dalam menyelesaikan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan diskusi kelompok mau tidak mau menyuruh siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapat demi terselesaikannya masalah yang ada. Disini siswa bersama-sama berpikir untuk menyelesaikan masalah. Jika prosedur pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw (Trianto, 2007) dilaksanakan dengan benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Teori Belajar Kognitif
Hamalik (2001) menyatakan, pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktifitas sendiri. Anak belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Sedangkan Gestalt (dalam Sulanam, 2011) memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar tersebut akan menghasilkan pemahaman yang dapat membantu individu tersebut memecahkan masalah.
Hamalik (2001) menambahkan, dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
C. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Teori Belajar Kognitif dan Pendekatan Konstruktivisme
Jika dilihat dari segi pendekatan, yaitu pendekatan konstruktivistik, individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya (Brunner, dalam Baharuddin, 2008) dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya. Slavin (dalam Baharuddin, 2008) menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran dikelas. Konstruktivisme memahami hakekat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Sebagaimana disebutkan Ennis (Costa, dalam Adnyana, 2011), salah satu aspek dan indikator berpikir kritis adalah membangun keterampilan dasar. Untuk membangun pengetahuan dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan juga keaktifan siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Jika pembelajaran berhasil, maka hasil belajar siswa pun akan maksimal. Oleh karena itu saya memilih pendekatan konstruktivistik untuk meningkatkan keaktifan, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
D. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Metode Diskusi
Hasibuan dan Moedjiono (1993) menyatakan, dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan : meningkatkan partisipasi siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu, mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa.
Hasibuan dan Moedjiono (1993) juga menyatakan, diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan salah satunya adalah apabila kita (guru) hendak : memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa, membantu siswa belajar aktif dan berpikir kritis, serta mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Dengan demikian, jelas disebutkan bahwa metode tanya jawab dan diskusi mampu meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan begitu tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Alat Peraga
Sugiarto (2009) menyatakan manfaat menggunakan alat peraga salah satunya adalah dapat menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar matematika, serta mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Suherman (2003) menambahkan, dengan menggunakan alat peraga maka proses belajar mengajar termotivasi, konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti. Alat peraga menyebabkan siswa aktif memanipulasi alat peraga tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mendapatkan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan alat peraga yang digunakan tersebut. Jadi, alat peraga cocok digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis. Jika dengan begitu pemahaman konsep pada siswa menjadi maksimal, maka hasil belajar siswa pun akan menjadi maksimal pula.
F. Keterkaitan Antara Keaktifan, Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar dengan Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Pembelajaran geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk menyelesaikan masalah, misal dengan gambar-gambar, diagram, dan sebagainya. Dalam era pembelajaran sekarang, pengetahuan diperoleh bukan dari guru dan siswa hanya menerimanya, pemahaman dan pengetahuan dalam geometri ini lebih efektif jika dibangun oleh siswa sendiri, dalam bimbingan guru. Siswa dikondisikan menemukan kembali, membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu dengan melibatkan kemampuan berpikir kritisnya. Dengan begitu pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa juga menjadi lebih aktif karena mereka dituntut melakukan sesuatu untuk menemukan pengetahuannya.
G. Keterkaitan Antara Model Belajar Cooperative Learning Tipe Jigsaw dengan Teori Belajar Kognitif
Jean Piaget (dalam Suherman, 2003) menyebut bahwa struktur kognitif sebagai skemata, yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Nurman (2009), dalam Kooperatif tipe Jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
H. Keterkaitan Antara Pendekatan Konstruktivistik dengan Model Belajar Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Menurut Baharuddin (2008), pendekatan belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar, diantaranya Kooperatif Learning, yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa lain tentang problem yang dihadapi. Dalam strategi Kooperatif Learning, siswa belajar dalam berpasang-pasangan atau berkelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi. Kooperatif learning ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Inilah kunci dari konsep-konsep dasar yang dikemukakan oleh Piaget tentang konsep belajar dengan pendekatan konstruktivistik.
0 comments:
Post a Comment